Ke manakah aku telah pergi
Jiwa ini hanya trtinggal tulang keputusasaan
Ke manakah senyum yg selalu ku junjung tinggi
Jadi hiasan hari hari mendung syahdu
Tak lagi menakutkan
Jiwa ini hanya trtinggal tulang keputusasaan
Ke manakah senyum yg selalu ku junjung tinggi
Jadi hiasan hari hari mendung syahdu
Tak lagi menakutkan
Mengapa jiwa ini teracuni lalu mudah mati
Siapa yang meracuni
Coba ceritakan
Ternyata hatiku sudah mati
Tak tahu benar dan salah lagi
Tak mampu bercerita lagi
Tak mampu bersaksi lagi
Sungguh aku benci dia
Yang membuatku pengeluh dan penghayal gila
Sungguh aku benci dia si gila harta dan tahta
Sungguh aku beci dia yang besar kepala dan besar perutnya
Tak sempat kumenangis
Air mata ini telah mengering menetes dengan keringat jatuh sia sia
Tak mau kumenangis
Menjadi pecundang di depannya
Sungguh dosa bersama dia
Sebanyak keringat dan air mataku yg telah mengering
Sungguh dosa bersama dia yang kenyang perutnya
Sedang kami lapar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar