Jumat, 27 Oktober 2017

Awal dan mungkin akhirnya


Cinta. Entah kenapa aku jadi begitu muak dan bergidik dengan kata itu. Mungkinkah ada alergi? Ahh mana mungkin.



Sejak dulu, sastra dan imajinasi ad
alah duniaku. Sejak di bangku SD entah itu kelas 2 atau 3, aku sangat menyukai dongeng. Bahkan aku juga suka menulis dongeng. Sebelumnya aku akan menggambar apapun yang ada di imajinasiku pada lembaran kertas. Dari gambar itulah, imajinasiku semakin mengalir dan jadilah sebuah dongeng. Ya, dongeng anak SD.
Dari dongeng beralihlah ke puisi persahabatan. Saat SMA makin naik lagi menjadi puisi cinta. Saat itu memang sedang masa puber. Tiada hari tanpa cinta. Tiada hari tanpa pembicaraan si dia, si ini, dan si itu. Cinta makanan sehari-hari. Siapapun yang jatuh hati kubuatkan puisi cinta. Siapaun yang patah hati kubuatkan pula puisi cinta. Cinta, cinta, dan cinta. Memasuki masa kuliah aku menambah kecintaanku pada sastra. Aku mulai menyukai menulis cerpen. Semua masih tentang cinta. Hal yang menyenangkan dan mudah diimajinasikan.
Pembahasan cinta memang tak ada habisnya sampai seseorang tutup usia. Karena cinta hidup menjadi hidup. Karena cinta usia pun habis olehnya. Cinta selalu didengungkan dan diagungkan. Karena cinta orang bahagia. Karena cinta pula orang menjadi murka.
Setelah beberapa hal terjadi. Aku mulai membenci cinta. Dunia imajinasiku pun seakan mati suri. Banyak hal yang beberubah, banyak hal yang hilang. Aku berharap ini hanya bentuk pendewasaan. Sastra. Imajinasi. Aku ingin kamu kembali. Walaupun tidak bersama cinta. Banyak hal yang bisa kita bicarakan tak melulu soal cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar