Kamis, 14 Februari 2013

Download IDM 6.15 Final Full Patch



Internet Download Manager adalah aplikasi downloader yang sangat terkenal. Internet Download manajer atau lebih dikenal dengan istilah IDM terkenal dengan kecepatan, efesiensi, dan lainnya. Kalau Downloader biasa tidak bisa menberhentikan file, tapi dengan menggunakan Internet Download Manager kita bisa memberhentikan file yang sedang kita download baik sesaat atau diberhentikan sampai satu minggu lamanya.

Internet Download Manager merilis veri terbarunya yaitu Internet Download Manager 6.15 Final. Sebelumnya Internet Download Manager merilis Download IDM 6.14 Build 5 Full Patch. Selang beberapa hari IDM merilis versi barunya. Biasanya IDM mengembangkan produknya sampai build 10 lebih, tapi pada IDM 6.14 Build 5 langsung muncul versi IDM 6.15.

Analisis Struktur Naskah Drama Malam Bertambah Malam



a.   Alur atau plot
karena diceritakan secara runtut dari awal hingga akhir. unsur-unsur plot meliputi :
1.      Eksposition atau pelukisan awal cerita
Gusti Ngurah seorang  janda bagsawan mempunyai dua orang pembantu Alur pada drama “Bila Malam Bertambah Malam” adalah alur maju yaitu Nyoman dan Wayan. Kedua pembantu itu sangat baik karena telah mengabdi lama di rumah Gusti Ngurah selama bertahun-tahun walaupun tanpa dibayar sekalipun dan selalu diperlakukan kurang baik setiap harinya.

Sinopsis Novel Sang Alkemis (Karya Paulo Coelho)



Dikisahkan perjalanan seorang pemuda penggembala bernama Santiago dari Andalusia dalam mewujudkan legenda pribadinya yaitu mencari harta karun di dekat piramida di Mesir. Ketika ia sedang tidur di bawah pohon di Andalusia, ia bermimpi tentang perjalannya ke piramida Mesir dan mendapatkan harta karun. Demi mewujudkan impiannya dari Eropa ia menyebrang ke Afrika.
Dalam perjalanannya, Santiago menemui banyak hambatan yang sempat membuat dirinya gentar. Perjalanannya ke piramida harus melewati gurun dan dalam novel ini gurun melambangkan cobaan yang harus dilalui dalam meraih cita-cita.

MENGUAK KEKUATAN SASTRA FEMINISME ANGKATAN 1970 DAN 2000


Suatu karya pada dasarnya merupakan hasil pemikiran dan perenungan pengarang terhadap berbagai peristiwa di dunia nyata. Tentu saja karya sastra yang dihasilkan tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial budaya yang melatarbelakanginya. Sebagai anggota masyarakat pengarang tentu memiliki pendapat tersendiri mengenaisituasi dan masalah yang terjadi di lingkungannya. Berbagai pendapat dan pengalaman tentang kehidupan kemudian dimaknai lalu dituangkan dalam bentuk karya sastra yang tentunya sudah dibumbui dengan peristiwa imajinatifdan kreatitif sang pengarang.

Sinopsis Novel Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit (Karya Hermawan Laksana)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahas Jawa Kuno 





Dyah pitaloka adalah seorang putri kerajaan sunda yang memiliki semangat besar dan berpikir maju. Kesukaannya pada membaca karya para pujangga membuat dirinya banyak menemukan ketidakadilan pada kaumnya, perempuan. Misalnya, betapa ayah-ibunya sangat berbahagia dengan kelahiran adik dyah pitaloka yang lebih karena bayi tersebut laki-laki. Atau kenapa pula di ranah pasundan tidak ada ratu yang memerintah kerajaan? Kenapa selalu raja? Kenapa harus laki-laki

HASIL ANALISIS SERAPAN DARI BAHASA JAWA KUNO KE BAHASA INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahas Jawa Kuno



1.             Paman                :dalam bahasa jawa kuno bermakna paman ( adik laki-laki ayah/ ibu), sedangkan diserap ke dalam bahasa indonesia masih bermakna tetap ini berarti tidak terjadi perubahan  bentuk, makna mauupn tulisan
2.             Panas                 :dalam bahasa jawa kuno bermakna rasa panas, sedangkan diserap ke dalam bahasa indonesia masih bermakna tetap yaitu hangat sekali, lawan dingin
3.             Pandan               : dalam bahasa Jawa kuno bermakna nama jenis pohon, pandanus, sedangkan diserap ke dalam bahasa indonesia masih bermakna sama, dan  tidak mengalami perubahan pada bentuk maupun tulisannya.
4.             Pañcur                : dalam bahasa jawa kuno bermakna pancur, pancar, diserap ke dalam bahasa indonesia dengan makna yang sama hanya saja tulisannya yang berubah menjadi “ pancur”.
5.             Papah                 : dalam bahasa jawa kuno berarti tangkai panjang daun kelapa atau pisang, diserap ke dalam bahasa indonesia mengalami perubahan makna yaitu berjalan dengan bersandar atau menumpukkan tangan pada bahu orang lain tetapi tulisannya tetap sama.

Rabu, 13 Februari 2013

Naskah Drama-Arti Kematian yang Sesungguhnya


Karya : Witri Andriyani

BABAK 1      
           Pagi yang dingin menerkam daging. Bau sampah-sampah yang berserakan menusuk-nusuk hidung yang membasah. Pagi itu tak secerah biasanya, berkabut tebal. Ratih pun terbangun dari mimpinya dan menggigil tak tahan kedinginan. Selimutnya yang terbuat dari lapisan-lapisan koran tak mampu melindunginya dari dinginnya pagi ini. Gadis belia 13 tahun itu pun mulai terbiasa dengan keadaan ini.
Satpam       : Heh bocah. Ini sudah siang ayo cepat bangun dan pergi! (usir seorang satpam penjaga toko)
Ratih          : (membangunkan tubuhnya yang masih terasa lemas dan kaku).
Satpam       : Ayo pergi bocah kecil! Cari kerja saja sana sana! Datang ke kota malah untuk menggelandang. Kalau  tidak bisa bekerja, pulang saja ke kampungmu itu, cari ibumu.
Tanpa pikir panjang lagi Risna langsung saja pergi meninggalkan satpam itu. Ia juga merasa kesal dengan ocehan satpam itu yang tak tahu hal yang sebenarnya.
Risna          : Ya Alloh. Sampai kapan aku terus menggelandang seperti ini. Kapan ini semua akan berakhir. Aku pun tidak tahu apakah hari esok aku bisa makan atau tidak. Hari ini aku dapat makan atau tidak saja aku tidak tahu.
Sinar terik siang itu, menyapu seluruh kabut, terlihatlah semua gedung-gedung pencakar langit yang menjulang-julang seperti tak tampak di mana ujungnya. Sejak kemarin sampai siang itu Ratih belum juga mendapatkan makanan. Tubuhnya yanng kurus, berjalan layu di antara trotoar-trotoar yang dipenuhi para penjual kaki lima. Perutnya yang sedari pagi bergejolak kini tak lagi dihiraukannya. Ia terus saja berjalan berjalan dan berjalan tanpa arah dan tujuan, tatapannya pun terlihat kosong.
Risna          : (menyebrang jalan. Tiba-tiba . . . )
CCIIIIITTT GUUBBBRRAAKK!!!

Selasa, 12 Februari 2013

ANALISIS KESINAMBUNGAN TOPIK DALAM WACANA


Analisis kesinambungan topik dalam wacana, terdapat tiga kriteria yang dapat dijadikan dasar. Kriteria tersebut adalah 1) jarak rujuk kembali 2) kemungkinan gangguan 3) perihal kontinuitas

Selawat Dedaunan
Karya Yanusa Nugroho

Tersembunyi kisah rahasia pada sebatang pohon randu alas tua. Tak seorang pun berani menebangnya. Seabad sudah pohon randu alas itu berumur. Aku menduga, pohon randu alas yang menjulang kokoh di tepi jalan pertigaan menuju perumahan tempat tinggalku berumur lebih dari seabad.
Sejak aku kecil, pohon randu alas itu telah tumbuh sebesar sekarang—empat rentangan tangan orang dewasa—rindang dan menggugurkan daun-daun kering kekuningan pada musim kemarau. Umurku kini enam puluh dua, sudah beberapa tahun pensiun, menjadi saksi pohon randu alas yang berdiri tegak, rimbun dedaunan, dan dianggap angker.
Seekor ular bersarang di rongga lapuk pangkal pohon randu alas yang menganga serupa gua. Bila diintip ke dalam gelap rongga pangkal pohon itu, tampak sepasang mata ular berkilau mengancam. Sepasang mata seekor ular yang siap mematukku, suatu saat bila aku terlena.
Sebatang pohon jambu biji tumbuh liar di bawah pohon randu alas—

Puisi-Sedang berjalan




Ku kelepakkan sayapku
Walau patah dulu
Tap i aku masih sanggup
Hangatkan pangeran hatiku
Yang melambungkan bahagiaku

Sayu angin
Mengalunkan kata
Terangkan kisah kita sejak dulu
Manis dan mungil
Bersama gerimis
Menarikan kasih kecil kita
Berlari berpaku
Angan, harapan, juga impian...

Puisi-Rumah Jiwa



Langkahmu mendahului tamu pagi
Berbapal dengan butir air di daun
Menyapa pagi yang indah
Bermaraton merotasi hari
Mengalahkan semua

Jemari lentikmu
Menganyam jiwa di belakngmu
Ketangguhanmu
Sandaran jiwa di sampingmu
Engkau rumah jiwa kami

Saat tamu pag tidur mendengkur
Tak henti engkau ucap nama kami
Dalam barisan doamu
Yang terlambung tiap pagi

Puisi-Untuk Ayah



Langkah demi langkah tlah terhentak
dari kaki nan gagah
Peluh pun bertetesan dari pori tubuhmu yang penuh jasa

Panas yang mendidihkan jantungmu
Tak pernah kau takuti
Apalagi dingin yan membekukan darahmu
Tlah kau taklukkan semua

Ayah..
Waktu pun tlah mengusangkan ragamu
Keriputmu pun menceritakan jalan hidup yang tak mudah
Semua tak segagah mudamu
Tapi hatimu
Hati yang muda dan lembut
Dan semangatmu
Tetap dan terus kan membara

Andai Tuhan ijinkan
Akan ku gantikan
Setiap mili ragamu yang usang itu
Setiap langkah yang kau kayuh demi keluarga
Setiap hela napas yang kau hembus demi kami anakmu
Setiap tetes keringat dan air mata yang meleleh karenaku..
Tapi jika tak diijinkan
Ijinkan aku
Menjaga detik-detik kehidupan disisa usiamu...

Minggu, 10 Februari 2013

Puisi-Membujuk Waktu


Membujuk Waktu

Andai bisa kulakukan
Aku akan membujuk waktu
Untuk menghentikan langkahnya
Agar ku tak kehilangan masa indahku kini
Agar ku tak sendiri dan kesepian

Andai kumampu
Aku akan mambujuk waktu
Untuk mengulang dan terus mengulang
Masa-masa bahagiaku
Karena aku tak sanggup terpuruk dalam kepedihan

Aku taku akan perubahan
Perubahan yang sulit dan menyakitkan
Maka aku akan membujuk waktu
Untuk menghapus masa-masa itu


Semarang, 26 Mei 2012

Cerpen-Kembalikan Waktuku !



Kembalikan Waktuku !

          Bu. Bapak sungguh tak habis pikir dengan bapakmu itu,” sambil menyeruput kopi hidangannya.
          “Iya Pak. Ibu juga tak pernah menyangka hal seperti itu. Tak pernah berpikir bapak ibu lebih memihak keluarga kang Rasid dibanding kita. Padahal apa kurangnya kita, sewaktu bapak masih hidup.”
          “Bapak benar-benar tidak bisa terima ini semua Bu. Rasanya Bapak ingin menghancurkan keluarga itu. Ingin melihat keluarga itu menderita. Sangat menderita di depan mata kepala Bapak sendiri.”
          Tok.tok.tok..!!
          Assalamu’alaikum..
          “Wa’alaikumsalam,”menjawab “Siapa itu Bu? seperti suara yu Rasid,” terkejut mendengar pintu rumahnya diketuk.
          “Entahlah. Akan Ibu buka pintunya ya Pak.”
          “Minah, ini ada bingkisan buat keluargamu. Karena taku bosan dengan sate julan kami. Kami buatkan semur untuk keluarga kalian. Hitung-hitung hanya untuk syukuran atas pembagian warisan kemarin. Semoga warisan yang kita terima menjadi berkah ya. Ini tolong diterima,” istri Rasid menyerahkan sebuah bingkisan.
          “iya Yu. Semoga saja begitu. Dan semoga berkah walapun terasa tak adil,” menjawab sinis.
          “Sudah Nah. Tidak usah dipermasalahkan lagi. Kemarin kan sudah ditetapkan hasil pembagian warisannya, kita  ikuti hukum agama yang kita anut. Jadi tidak salah kalau suamuku mas Rasid yang mendapatkan lebih dari saudara perempuannya.”
          “Iya iya. Siapa sih yang mau kalah. Terimakasih bingkisannya. Kami sangat terkesan.” Dengan nada menyidir dan sinis.
          “Ya suda Yu  pamit dulu. Oya Nah, besok kan ada pengambilan rapor anak kita. Karena Yu tidak sempat, boleh ya Yu nitip ambilkan sekalian rapor Tono. Terimakasih ya. Assalami”alaikum.”
          “Ya besok kalau sempat Yu. Wa’alaikumsalam.”
          “Benar Bu tadi Yu Rasid?”
          “Iya Pak. Ini ada bingkisan darinya. Tidak sudi Ibu memakannya. Biar Ibu beri ke kucing liar saja yang suka berkeliaran di sini.”
          “Ya terserah padamu saja istriku. Bapak memiliki beberapa ide untuk menjatuhkan keluarga mereka Bu. Tapi Bapak masih ragu-ragu. Tapi bagaimana pendapat Ibu mengenai ini?....”

Cerpen-Hidup di Dalam Masa Lalu



            Aku memiliki suami yang baik hati dan anak-anak yang lucu darinya. Kami memiliki rumah yang tak cukup besar tapi sanggup menampung kebahagian kami yang begitu besar tak terkira. Hidup yang berkecukupan, semuanya dapat terpenuhi.
            Suamiku yang murah hati, bekerja sebagai pegawai negeri di salah satu universitas di Yogya sebagai dosen. Sudah 10 tahun kami menikah. Dengan dikaruniai 2 orang putra, itu sudah cukup untuk kami. Putraku yang pertama Reihan masih berusia 10 tahun, sedangkan anakku yang ke dua yaitu Nadia adalah seorang putri yang berusia 4 tahun di bawah anakku yang pertama.
            “Reihan, ayo cepat turun dan makan! Nanti ayah dan kamu telat sampai di kampusnya lho,” Perintahku kepada anakku yang baru menginjak sekolah dasar kelas 5.
            “Iya Bun sebentar,”menjawab dari dalam kamarnya
            “Bagaimana keadaan Nadia sekarang Bun?” tanya suamiku padaku.
            “Sudah lebih mendingan kok Yah kalau dibandingkan dengan kemarin. Nadia sudah mulai sembuh kelihatannya.”
            “Syukurlah kalau begitu, kalau ada apa-apa Bunda harus segera kabari Ayah ya.”
            “Iya yah. Semuanya pasti aman terkendali kok kalau sama Bunda.”
            “Yah nanti Reihan dijemput jam 1 saja. Kata bu guru nanti mau ada acara, menjenguk teman kelas Reihan di rumah sakit Yah”.
            “Memangnya siapa yang sakit Rei, dan sakit apa?”
            “Aldy Bun, sakit asma Bun. Kasian sekali dia. Dua hari yang lalu Aldy dan ayahnya kecelakaan. Karena shock melihat ayahnya pingsan makanya dia sampai asma.”
            Asma? Mendengar kata-kata itu selintas seperti ada bayangan rindu yang entah dari mana datangnya. Tak lama aku pun segera melupakannya. Selepas suami dan anakku pergi, aku selalu  melanjutkan kegiatan rutinku sebagai ibu rumah tangga.mengasuh anak terakhirku, membereskan rumah, dan belanja keperluan rumah, dan menunggu suami dan anakku pulang kembali.
            Seperti itulah kegiatanku sehari-hari. Aku memang bukan seorang istri yang bisa dibanggakan. Aku tak punya kelebihan apapun. Dan aku beruntung telah memiliki suami yang luar biasa sempurna. Aku beruntung suamiku menerima segala kecacatan yang kumiliki termasuk Reihan. Karena Reihan  adalah sisa-sisa masa laluku yang mungkin bisa menyakiti suamiku.

* * *
            Sejak mendengar penyakit teman anakku, aku menjadi sering melamun. Hal itu telah mengingatkanku pada cerita-ceritaku yang tertinggal dalam kenangan. Dosakah aku pada suamiku

Sabtu, 09 Februari 2013

cerpen pertamaku ^^ Kasih yang Berselimut



Kecil dan terpencil. Suara jangkrik dan katak yang bersahutan akan kau dengar sepanjang malam membentuk irama syahdu dan lembut yang cocok sebagai musik pengantar tidur. Begitupun dengan kunang-kunang, ia akan selalu gentanyangan menghiasi langit yang gelap, semakin gelap semakin ramai saja. Dan berlalu dengan udara pagi yang menusuk-nusuk tulang berlanjut oleh sapuan fajar yang mengintip dengan malasnya dari timur serta diiringi kicauan burung dengan suaraya yang riang.
            Begitulah pagi-malam terus berlanjut. Hingga ribuan malam terlewatkan oleh Sora, hingga kini ia menginjak usianya yang ke 18. Siapa yang tak betah tinggal di tempat sedamai ini. Tetapi, banyak juga warga setempat pergi meninggalkannya, berpikir bahwa bekerja di luar kota akan lebih mampu mengubah garis keturunan. Padahal, tempat-tempat seperti inilah incaran para konglomerat asal kota untuk berlibur dan bersantai. Seharusnya.
            Dan inilah yang membuat Sora enggan meninggalkan tempat asalnya yang begitu damai menurutnya. Ia berasal dari keluarga harmonis yang saling menyayangi dan merupakan anak terakhir dari empat bersaudara. Tak dapat dihindari kalau memang ia anak yang manja, dan memang terbiasa dimanjakan oleh ibunya. Bukan karena disengaja ibunya berbuat demikian, bukan pula karena dari segi materi yang berlebih. Tetapi karena kelembutan dan kasih sayang ibunya yang kadang kelewat batas. Wujudnya bukan dalam bentuk puluhan boneka, motor bahkan mobil. Tetapi tenaga dan pikirannya sanggup ia korbankan demi anak-anaknya. Siang malam ia relakan untuk terjaga untuk mengumpulkan puing-puing harta dengan apapun caranya dan juga untuk memohon pertolongan Tuhan meminta jalan bagi anaknya yang tengah dalam perjuangan hidup menjadi orang yang sesungguhnya. Sabar, lemut dan pekerja keras itulah sosok ibu Sora, yang membuat Sora amat  mengaguminya. Sangat mengagumi segala bentuk tutur maupun tingkah ibunya yang nyaris sempurna menurutnya.
            Berbeda jauh dengan ayahnya. Ayahnya begitu pemalas dan juga pemarah. Ini juga yang menjadi lunturnya rasa hormat Sora pada ayahnya. Rasanya tak ada yang bisa ia harapkan dari ayahnya itu.
* * *
            “Hallo.. Assalamu’alaikum,” Sora membuka telepon.
            “Wa’alaikumsalam.. Sora. Ada apa kok tumben sekali kamu menelpon ibu?” dengan suara hangat bercampur rindu.
            “Tidak ada apa-apa Bu. Besok Sora ada ujian semester, Sora hanya minta doa ibu saja agar Sora bisa lulus.”
            “Ooh begitu. Iya Sora, ibu doakan apapun yang terbaik untuk Sora.  Lalu kapan kamu akan pulang nak? Kamu jarang sekali pulang semester ini. Keponakan kamu sudah pada kangen sama kamu?”
            “Iya bu. Segera setelah selesai ujian. Ya sudah ya Bu. Sora ada banyak sekali tugas yang harus dikerjakan. Ibu jaga kesehatan di rumah jangan terlalu banyak pikiran. Di sini Sora akan selalu baik-baik saja, kan ada mas Herry juga yang bantu-bantu Sora kalau Sora butuh sesuatu. Jadi, ibu tidak usah khawatir.”
            “Ya Sora. Semoga kamu selalu baik-baik saja. Jaga hubungan kalian baik-baik ya. Jangah sampai kalian terjerumus pergaulan yang buruk seperti anak-anak lain.”
            “ya Bu. Assalamua’alaikum,” sora menutup teleponnya.
            Sora memang tergolong anak yang mudah tersentuh alias cengeng. Ia tidak mau lama-lama menelpon ibunya,  jika ia tidak ingin becucuran air mata pada akhirnya. Jadi jika ia merasa kangen dengan ibunya, menelpon bukanlah solusi terbaik.
            Akhir-akhir ini Sora memang jarang sekali pulang. Bukan karena alasan tugas kuliah yang menumpuk. Tetapi, karena ia masih menyimpan sakit hati kepada ayahnya. Ia selalu merasa terhakimi jika berada di rumah. Ayahnya akan selalu mencari kesalahan untuk memarahinya. Bukan saja pada Sora, tetapi juga anggota keluarga yang lain. Bahkan tetangga pun tak jarang yang kurang menyukai ayah Sora yang terkenal dengan mulutnya yang pedas. Tetapi, Sora lebih tidak terima saat ayahnya menyakiti ibunya, denga membiarkan ibunya yang bekerja keras. Sedangkan ia sendiri duduk santai menonton televisi atau tidur.karena memang sifatnya yang cuek. Siapa yang bisa bangga dengan keadan ayahnya yang demikian. Ayah yang seharusnya melindungi. Sosok yang dihoramati, lucu dan menghangatkan keluarga. Sora sangat rindu dengan ayahnya yang demikian. Dulu sewaktu Sora masih kecil mereka sangat terlihat kompak. Selalu berjalan-jalan sore bersama dan memancing bersama. Tapi sekian tahun berlalu semuanya tampak sangat berbeda, semuanya berubah.